Selasa, 20 Juli 2010

Pengalaman Pertama Dengan Tante Reni


Namaku Rendy, pertamakali aku mengenal seks adalah saat aku duduk di kelas 2 SMP. Waktu itu aku tinggal bersama omku yang bernama Rizal di kota J, sedangkan keluargaku tinggal di kota B. Beda dengan saat tinggal bersama keluargaku, di rumah om ini aku relative bebas bergerak sesukaku, apalagi omku yang anggota Polisi sering tidak berada dirumah sementara istrinya, tante Reni, tidak berani melarangku. 
 
Salah satu hobi beratku waktu itu adalah melototin TV sampai larut malam. Hingga suatu saat, ada sebuah film menarik yang sedang aku tonton, yang ternyata juga sempat membuat tante Reni betah menontonnya hingga larut malam. Saat itu aku hanya berdua dengan Tante Reni. Maka ketika sesekali Tante Reni berkomentar, aku langsung menyahut sekenanya. Sampai suatu saat ada adegan yang agak porno dan panas, tiba-tiba Tante Reni nyeletuk: “Heh, yang ini kamu gak boleh lihat, masih kecil!” katanya sambil matanya tetap melotot ke layar TV.
 
Tanpa pikir panjang dan tanpa sadar bahwa tante Reni adalah istri omku sendiri, waktu itu aku menyahut dengan nada agak nakal. “Udah di sunat kok tan, tinggal nyoba pakeknya yang belum,”. Kataku.
Mungkin karena merasa risih atau sungkan, waktu itu tante Reni hanya diam dan tidak langsung menanggapi celoteh nakalku. Entah kenapa, waktu itu aku seperti sengaja memancing agar Tante Reni mau ngomong yang jorok-jorok. Maka akupun terus berceloteh sesukaku. Dan tiba-tiba tante Reni membuka mulutnya.
“Emang kamu ngerti yang gituan?”
“Ngerti dong. Wong nggak sulit kok!”
“Kalau ngerti ya udah!” katanya sambil melirik ke arahku.
 
Setelah beberapa saat kami saling terdiam, lalu aku coba membuka pembicaraan lagi. Dan kali ini aku sengaja lebih mengarah.
 
“Tan, katanya kalau pertama begituan rasanya sakit yah?”
“Nggak tahu!”
“Lho, waktu pertama dulu tante merasa gimana?”
“Lupa!”
“Kalau udah sering gituan, enak ya tan?”
“Ahh kamu mau tahu aja!”
“Ya emang pingin tahu, tan!” kataku sambil menahan nafas yang terasa mulai menyesakkan dada. Dan sejurus kemudian, istri omku yang masih terlihat cantik dengan tubuh yang padat berisi itu tiba-tiba menatapku tajam. Aku yang waktu itu masih kuper, hanya bisa membalasnya dengan senyum kecut, karena takut kalau-kalau dia marah dan melaporkan kelakuanku kepada om Rizal. Tetapi, entah setan mana yang tiba-tiba datang dan sengaja menebar godaan, hingga tiba-tiba aku memberanikan diri mendekat kearah sofa tempat duduk tante Reni.
 
Seperti sengaja memberiku kesempatan, waktu itu tante Reni hanya diam saja ketika tangannya aku pegang-pegang. Dan aku yang mulai tak terkendali, terasa semakin berani melangkah lebih jauh. “Jangan Rendy! Aku ini tantemu!,” rintihnya ketika tanganku mulai menelusup masuk kebalik baju dasternya yang longgar.
 
“Tan, ayo tante Reni. Aku ingin sekali merasakan!” rengekku.
Dan, Ouuw, tanpa banyak ba-bi-bu lagi, tangan tante Reni langsung meraih selangkanganku, meremas kemaluanku dengan lembut sambil matanya sedikit terpejam. Lalu aku balas dengan meremas buah dadanya yang masih kenyal dan menggemaskan. Dan setelah aku berhasil melucuti daster tante Reni, ganti dia yang dengan cekatan menarik resluiting celanaku, lalu menariknya hingga aku telangjang.
 
Tante Reni langsung jongkok di hadapanku. Lalu dengan lahapnya dia melumat kemaluanku sampai seluruh bagian diselangkanganku. Aku hanya bisa merem-melek dibuatnya. “Ouuhhg, terus tan, terusss tante.!” Kataku seperti melayang-layang terbuai kenikmatan.
Setelah puas melumat alat vitalku, tante Reni lalu berdiri persis dihadapanku sambil menyorongkan vaginanya ke mukaku. Tanpa merasa jijik, akupun menjilati lobang vagina tante Reni yang sudah mulai basah. “Oughh Rendy, teruss Ren.. terussss,.. achhhh,!” celotehnya sambil terus menekan-nekan vaginanya ke arah mulutku…
 
“Teruss Ren, tante hampirrrr,  ooughh…!” erangnya sambil mendekapkan kepalaku kearah selangkangannya. Dan tiba-tiba tante Reni mendorongku hingga aku rebah di Sofa. Lalu dia menindihku, sementara tangan kirinya menuntun kemaluanku ke lobang Vaginanya. “OOuuugghhh… SSsttttss!!” rintihnya ketika kemaluanku sudah terjepit di selangkangannya. Tante Reni yang nampak mulai hilang kesadarannya itu, mulai menggoyangkan tubuhnya. Matanya terpejam, sedangkan dari bibirnya terus mendesis seperti ular kobra yang hendak mematukkan bisanya. “OOOuuuugghhhhhh…….Aku kellluuuaarrrr  Ren...,!!” Jeritnya tertahan, sementara tanganya mendekapku erat-erat. Lalu dia terkulai lemas di sampingku.
 
“Tan, aku belummm,!” bisikku ketelinganya.
Lalu, tante Reni menarikku keatas tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. Sambil tetap memejamkan matanya, tante Reni meraih kemaluanku dan menuntunnya masuk ke lobang memeknya yang sudah basah kuyup. “Ayo Rendy genjot yang keras,..ohhh...ssshhh... “ katanya lirih… Dan, “OOuugghhh,… SSsttssss, achhhhhh,.. tan...,!!”.. Spermaku pun muncrat dengan deras setelah lima belas menit lamanya aku menggesek-gesekkan kemaluanku dalam lobang vaginanya….
 
Sejak kejadian malam itu, aku merasa seperti orang yang ditakdirkan menjadi keponakan yang paling kurang ajar terhadap pamannya sendiri. Sebab, hampir setiap saat ketika om Rizal tidak ada dirumah, akulah yang menggantikan om untuk memuaskan nafsu birahi tanteku. Dan kapanpun tante mau, di kamar, di ruang tamu, di dapur ataupun di kamar mandi, aku selalu dapat memuaskan nafsu tanteku…..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes