Senin, 06 September 2010

Ibu Kost


Aku seorang mekanik dari salah satu perusahaan penerbangan swasta yang home base nya di Pondok Cabe dan aku baru pindah dari Surabaya, bosan di Surabaya. Umurku saat ini 41 tahun dengan anak 3 orang dan mereka masih tinggal di Surabaya. Aku baru dapat menjenguk mereka paling cepat 1 minggu dan paling lama 3 minggu. Untuk mengatasi "sexproblem", aku sering melakukan olahraga berat : latihan tae kwondo 3x seminggu di malam hari, bulu tangkis dlsb, sehingga diusiaku 41 tahun aku selalu merasa segar.Di Jakarta aku indekost pada sebuah keluarga yang kelihatannya cukup bahagia di daerah Lebak Bulus, urusan makan dan cuci mencuci pakaian tidak masalah karena ada pembantu di rumah keluarga yang pulang setiap hari. 
Ibu kost (ibu mayang) berumur lebih kurang 27 tahun, postur tinggi (162 cm), payudara tidak begitu besar (34), namun pantatnya aduhai serta betisnya sangat baik menurutku. Yang paling sensual adalah kombinasi antara hidungnya dengan mulutnya yang selalu sedikit terbuka, bibirnya sepertinya selalu memakai pelembab tetapi ternyata tidak , selalu basah, giginya terawat rapi dan bersih, pasti aroma mulut ibu kost itu harum dan merangsang. 
Tetapi aku hanya dapat membatin, karena aku sudah tobat saat ini (dulu termasuk gila , tiada hari tanpa "fucking day"). Namun mata ibukost kelihatan selalu sayu dan sendu, sepertinya menahan rasa yang terpendam, aku tak tahu rasa apa itu. Bapak kost (Pak Sudiro) ,berperawakan sedang, berumur lebih kurang 53 tahun dan selalu sibuk dengan pekerjaannya yang tak pernah selesai, beliau mengurusi perusahaan konstruksi , sehingga tak jarang pulang malam dan kadangkala menginap sampai 4-5 malam di luar kota. Aku serba rikuh dan sungkan. Namun syukur ,selama ini, setelah aku tinggal selama 4 bulan belum pernah terjadi hal - hal yang mengarah perselingkuhan antara aku dengan ibu mayang. Ibu Mayang selalu sopan santun, walau sering kulihat mata ibu Mayang melirik ke arah pangkal pahaku. Apabila di rumah, aku selalu memakai celana pendek hawai lentur dan tak pernah memakai celana dalam, supaya gampang kencing kalau mendadak pingin kencing. Bila aku pulang agak cepat, kami bertiga sering makan malam bersama , anak - anak Pak Sudiro sudah makan duluan. Perlu saya beritahukan bahwa anak - anak Pak Sudiro ada 2 orang dan berumur 8 - 10 tahun adalah anak bawaannya dari istrinya yang pertama , telah meninggal duluan Pak Sudiro sepertinya telah kehilangan semua gairah duniawinya setelah ditinggal istrinya yang pertama, dia kawin dengan Ibu Mayang adalah atas anjuran keluarga mantan istrinya dan masih ada hubungan famili jauh. 
Pak Sudiro sering minta aku menemani istrinya menonton TV , karena Pak Sudiro selalu tenggelam dengan pekerjaannya terus. Namun aku selalu menolak anjuran Pak Sudiro, aku takut gilaku kambuh lagi. Sampai pada suatu malam......Aku pulang sekitar pukul 21.15, kulihat lampu pada kamar tamu gelap. Pintu utama kubuka karena aku dibekali dengan kunci sérep sehingga dapat kubuka setiap waktu. Biasanya kalau sampai pukul 20.30 aku belum pulang berarti aku menginap di rumah temanku, atau ke luar kota dan biasanya aku tidak pernah memberitahu Bapak/Ibu kost. Pada malam itu, aku diperkirakan mereka tidak pulang. Ketika kulewati pintu kamar mereka kudengar suara Ibu Mayang:" Pak, bapak tahu sudah berapa lama aku tidak bapak entoti, memekku gatal pak, sudah 3 minggu pak, kalau bapak memang sudah tidak mau entoti aku,nanti kucari orang lain, bapak baru tahu rasa, apakah itu yang bapak inginkan?. Banyak saja alasan bapak, yang sakit pingganglah, yang tidak mau teganglah , yang tidak gairahlah, macam macam ". Pak Sudiro menjawab kalem :" Benar lo bu, aku memang sering sakit pinggang, penisku pun sudah agak sulit tegang, kalau tegangpun, sebentar lalu lembek lagi". 
"Kalau ibu pingin cicip penis orang lain, bapak sih tidak keberatan, namun tolong jangan di depan bapak, juga kalau bisa jangan dengan pria yang penisnya besar, nanti longgar dong memek ibu". Ibu menimpali :" Maaf pak, bukan maksud ibu begitu, ini ibu ucapkan karena ibu emosi saja. " Baiklah bu, malam ini kita coba saja apakah bapak bisa entoti ibu atau nggak, kalau nggak bisa, ya besok ibu bisa ngobrol - ngobrol dengan Pak Alam (aku sendiri), atau dengan teman ibu yang lain atau mantan pacar ibu". "Nggak ah pak, aku hanya bercanda". "Benar lo bu, satu hal lagi kalaupun ibu dientoti oleh penis orang lain, bapak ok, tapi ibu jangan jatuh hati".Pak Sudiro mulai meraba betis Ibu Mayang , perlahan saja menyelusuri dengkul kemudian naik terus ke pangkal paha ibu Mayang. Ibu Mayang mengerang kegelian, maklum sudah 3 minggu tidak dientoti penis.. Posisimereka 69, namun Pak Sudiro tidak menjilati memek ibu Mayang, nggak tahu kenapa, apakah jijik atau kuno. Nggak jelas. Ibu Mayang ternyata tidak memakai celana dalam hanya dasternya saja yang menutupi memeknya rupanya. Posisi memek ibu Mayang persis menghadap ke jendela yang terbuka dan kelihatan olehku jelas benar , lebih kurang berjarak 1 meter dari jendela yang terbuka sedikit. Kulihat jemari Pak Sudiro mulai merambat ke pangkal paha Ibu Mayang namun sama sekali tidak menyentuh memek ibu mayang, apalagi lobang memeknya. Yang kulihat cairan bening perlahan mengalir dari lobang memek ibu Mayang. 
Ujung jari Pak Sudiro hanya berputar - putar mengelilingi lobang memek ibu mayang yang semakin banjir. Kulihat ibu mayang mengangkat pantatnya agar lobang memeknya menyentuh jemari Pak Sudiro, namun PakSudiro kelihatannya sengaja untuk tidak menyentuh lobang memek ibu mayang, apalagi memilin - milin itil ibu mayang, nganggur itilya ibu mayang. Sinar terang mengakibatkan cairan ibu mayang berkilat dan kulihat jelas lobang memek ibu mayang yang dikelilingi jembut yang lebat keriting " muntup - muntup",  lobangnya kembang kempis minta di isi dengan sesuatu. "Pak, jangan begitu pak , aku sudah nngggak tahan lagiii bapak permainkan begitu, langsung aja pak, ayo pak, masukkan penismu pak" , erang ibu mayang. Aku yang melihatnya saja sudah ngga karu - karuan rasanya, apalagi ibu mayang. Tiba - tiba Pak Sudiro merapatkan kelima jemarinya dan mencoba menyentuh permukan lobang memek ibu mayang, menyentuh sebentar lalu ditarik. Ibu mayang tambah gila, kepala ibu mayang digelengkannya kekiri kekanan ,pinggangnya diangkatnya namun selalu saja jemari Pak Sudiro menghindar.Tiba - tiba pada saat ibu mayang tidak siap, kelima ujung jari Pak Sudiro langsung menyentuh lobang memek ibu mayang kemudian diputar - putar Pak Sudiro dipermukaan lobang memek ibu mayang. Namun karena lima jari sangat besar tidak mungkin masuk, hanya lebih kurang 1 cm yang masuk ke lobang memek ibu mayang. " Ayo pak, masukkan semua jarimu pak, aku sudah tak tahan minta dimasukin , pak, ayooo pakkkk cepat masuk pakkkkk." Jerit ibu mayang.Kemudian Pak Sudiro memutar tubuhnya dan menanggalkan kain sarung yang sedari tadi masih dipakainya. Langsung dikeluarkannya penisnya, ternyata penis Pak Sudiro kecil saja dan tidak begitu tegang. Ibu Mayang mengangkangkan pahanya selebar lebarnya agar penis Pak Sudiro bisa masuk.Pak Sudiro mengarahkan kepala penisnya kelobang memek ibu mayang dan berusaha memasukkanya ke memek ibu mayang. Namun tidak berhasil juga, malah kulihat penis Pak Sudiro membengkok, dan terpletak - pletok, tidak bisa menembus lobang memek ibu mayang, walaupun lobang memek ibu mayang sudah tertutup cairan lendir yang semakin banyak mengalir di sela - sela pahanya. 
Akhirnya :"Bu maafkan aku bu aku sudah mau keluar...aghhh.ohhh ibu mayang..maffkan aku..besok ibu cari saja penis lain yang perkasa aku tidak akan apa - apa .....bu". Pak Sudiro telah orgasme tanpa sempat menembus lobang memek ibu mayang. Pak Sudiro kemudian lengser ke sebelah ibu mayang dengan sedih karena tak berhasil memuaskan ibu mayang. Ibu mayang hanya senyum sedih tanpa berkata apa - apa lagi dan pamit kepada Pak Sudiro untuk mencuci memeknya yang tertimpa sperma Pak Sudiro. Aku langsung cabut dari jendela kamar pak Sudiro dan kabur ke belakang ditempat yang agak gelap. Kamar mandi di rumah itu ada 2 buah , 1 buah didalam rumah namun sedang direnovasi sehingga tidak dapat digunakan, sedangkan yang satunya berada di luar rumah. Ibu mayang segera mebuka pintu keluar menuju kamar mandi . Sebelum ibu mayang sampai ke kamar mandi, dengan gerakan lincah kusergap ibu mayang dari belakang sambil kututup mulut ibu mayang dengan sebelah tangan sedang tangan yang satunya meremas payudara ibu mayang yang tidak terlalu besar namun masih padat." Ougghh...siiiaaapppa a ini, jangggan...teruuusss skkaaaaan saja. Karena gelap ibu mayang tidak dapat melihat wajahku, juga karena aku mendekapnya dari belakang. Segera tanganku meraba lobang memek ibu mayang dan kukorek - korek lobang memek ibu mayang dengan ganasnya dan ibu mayang berteria kerang : Siiaapaaaapun ini nggak apaa apaaa, teruskan korek memekkkkumas....yang cepat massss". Aku membuat kesalahan, segera kubalikkan tubuhku dan kucium bibir ibu mayang. Ibu mayang terkejut langsung melompat ke belakang dan menamparku. "Pak...pak Alam rupanya, kenapa bapak lakukan ini pak, bapak kelihatannya sangat sopan selama ini...tetapi ternyata bejat". "Maaf bu... saya sudah sangat terangsang...melihat ibu di kamar tadi ...sekali lagi mohon maaf. Besok saya mengaku kepada bapak agar bapak menghukumku..sekali lagi maaf bu". Aku langsung pergi keluar dari halaman tersebut melalui pintu butulan , keluar rumah mendinginkan kepalaku dan nafsuku yang tak tersalur. Kulihat sekali lagi kebelakang sebelum kurapatkan pintu butulan. Ibu mayang masih melihatku. Aku kasihan melihat ibu mayang karena telah 2 kali ibu mayang gagal mendapatkan tusukan penis dalam satu malam. Aku sudah merasa berdosa dan tersinggung karena ibu mayang mengatakan aku ternyata bejat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes