Selasa, 28 September 2010

Tubuh Mungil Susan


Gue punya kenalan anak UKI fakultas str, namanya Susan. Anaknya mungil, kulitnya putih bersih dan mulus, maklum anak keturunan negeri seberang. Sedang gue sendiri kuliah di fakultas kdktr, UKI juga .Suatu waktu, gue jemput Susan dari kuliahnya untuk pulang. Sesampainya di rumah Susan di bilangan Cpk Pt, dia ngajak gue masuk dulu karena katanya rumahnya kosong sampai besok siang. Gue pun masuk dan duduk di sofa ruang tamunya. Setelah menutup pintu depan, dia masuk kamarnya untuk mandi dan ganti baju.Nggak lama dia datang dengan baju kaos dan rok pendek sambil membawa dua minuman dan duduk disamping gue. Buset, gue bisa mencium harum tubuhnya dengan jelas. Dan terus terang tiba-tiba gue terangsang dan mulai membayangkan keindahan tubuh Susan bila tanpa busana. Nggak sadar, gue lama menatap tubuh segarnya dan membuat Susan bingung."Kenapa sih Ben?" tanyanya. Gue cepat-cepat sadar dari lamunan erotis gue. "Nggak..., lo keliatan laen dari biasanya." "Lain apanya Ben..?" sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki satunya. Buset.. itu paha putih banget. Birahi gue pun tambah terangkat. 
Pikiran erotis gue mulai bergelora lagi, menghayalkan seandainya gue bisa meraba-raba kemulusan pahanya."Heh..!" katanya sambil tertawa dan menepuk bahu gue, lalu " Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!" Gue cuma bisa nyengir aja. "San, panas ya disini?" sambil gue mengambil saputangan di kantong celana. "Iya yah, lo udah mulai keringetan begini." Tiba- tiba aja dia ngelapkeringet di dahi gue pake tisunya.Dalam keadaan berdekatan kayak gini, gue punya inisiatif untuk memeluk dan menciumnya. Dan bener deh, ...kejadian deh... Susan sudah berada dalam pelukan gue, dan bibirnya sudah dalam lumatan bibir gue. Dia sama sekali tidak berontak dan mulai memejamkan matanya menikmati percumbuan ini. Tangannya perlahan berganti posisi menjadi memeluk leher gue. Tangan gue yang tadinya memegang pinggulnya, turun perlahan ke pangkal pahanya dan akhirnya... Gue berhasil meraba merasakan betapa mulus dan lembutnya paha Susan. Gue meraba naik turun sambil sedikit meremasnya. Rasanya rada bangga juga gue mulai bisa menyentuh bagian tubuhnya yang rada sensitif. Sedang bibir kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih terpejam. 
Lama-lama gue merasa kurang afdol kalau hanya meraba bagian pahanya saja.Tangan gue mulai naik lagi. Sekarang gue kepingin banget menikmati buah dadanya. Pikiran gue udah melayang jauh. Pelan tapi pasti gue mengangkat baju kaosnya untuk gue buka. Dia nggak nolak, dan setelah gue buka bajunya, kelihatanlah buah dadanya yang masih terbungkus rapi oleh Bhnya. Gue lumat lagi bibirnya sebentar sambil gue bawa tangan gue ke belakang tubuhnya. Memeluk, dan akhirnya gue mencari kancing pengait Bhnya untuk gue lepas. Nggak lama terlepaslah BH pembungkus buah dadanya. Dan mulailah tersembul keindahan buah dadanya yang putih dengan puting kecoklatan diatasnya. Buu..ssee..tt.. benar-benar merupakan tempat untuk berwisata yang paling indah dengan pemandangan yang menakjubkan di seantero jagat. Gue bertambah gregetan melihat indahnya buah dada Susan yang terawat rapi selama ini.Akhirnya gue mulai meraba dan meremas- remas salah satu buah dadanya dan kembali gue lumat bibir mungilnya. Terdengar nafas Susan mulai tidak teratur. Kadang Susan menghembuskan nafas dari hidungnya cepat hingga terdengar seperti orang sedang mendesah. Susan makin membiarkan gue menikmati tubuhnya. 
Birahinya sudah hampir tidak tertahankan.Saat gue rebahkan tubuhnya di sofa dan mulut gue siap melumat puting susunya, Susan menolak gue sambil mengatakan, " Ben, jangan disini… dikamar gue aja!" ajaknya dan kemudian bangun, mengambil baju kaos dan Bhnya di lantai dan berjalan menuju kamar tidurnya. Gue ngikutin dari belakang sambil membuka baju gue sendiri dan melepas kancing celana gue.Begitu pintu ditutup dan dikunci, gue langsung meluk Susan yang sudah topless dan kembali melumat bibir mungilnya dan melanjutkan meraba- raba tubuhnya sambil bersandar di tembok kamarnya. Lama-lama cumbuan gue mulai beralih ke lehernya yang jenjang dan menggelitik belakang telinganya. Susan mulai mendesah pertanda birahinya semakin menjadi-jadi. Saking gemesnya gue sama tubuh Susan, nggak lama tangan gue turun dan mulai meraba dan meremas bongkahan pantatnya yang begitu montoknya. Susan mulai mengerang geli. Terlebih ketika gue lebih menurunkan cumbuan gue ke daerah dadanya, dan menuju puncak bukit kembar yang menggelantung di dada Susan.Dalam posisi agak jongkok dan tangan gue memegang pinggulnya, gue mulai menggerogoti puting susu Susan satu persatu yang membuat Susan kadang menggelinjang geli, dan sesekali melenguh geli. 
Gue jilat, gigit, emut dan gue isap puting susu Susan, hingga Susan mulai lemas. Tangannya yang bertumpu pada dinding kamar mulai mengendor.Perlahan tangan gue meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulai naik menuju pangkal pahanya…. Dan gue mengaitkan beberapa jari gue di celana dalamnya dan.. srreet!!! Lepas sudah celana dalam Susan. Gue raba pantatnya, begitu mulus dan kenyal, sekenyal buah dadanya. Dan saat rabaan gue yang berikutnya hampir mencapai daerah selangkangannya..., tiba-tiba, "Ben, di tempat tidur aja yuk..! Gue capek berdiri nih." Sebelum membalikkan badannya, Susan memelorotkan rok mininya di hadapan gue dan tersenyum manis memandang ke arah gue. Ala mak, senyum itu... Bikin gue kepingin cepat-cepat menggumulinya. Apalagi Susan tersenyum dalam keadaan bugil alias tanpa busana. Buu..ssset khayalan gue benar-benar jadi kenyataan cing..!Susan mendekat ke gue sebentar dan tangannya dengan lincah melepas celana panjang dan celana dalam gue hingga kini bukan hanya dia saja yang bugil di kamarnya. Batang kemaluan gue yang tegang mengeras menandakan bahwa gue sudah siap tempur kapan saja. Tinggal menunggu lampu hijau menyala.Lalu Susan mengambil tangan gue, menggandeng dan menarik gue ke ranjangnya. 
Sesampainya di pinggir ranjang, Susan berbalik dan mengisyaratkan agar gue tetap berdiri dan kemudian Susan duduk di sisi ranjangnya. Oh buu..ssseet, Susan menggelomoh batang kemaluan gue dengan rakusnya. Gila mak, lalu dia dengan ganasnya pula menggigit halus, menjilat dan mengisap batang kemaluan gue tanpa ada jeda sedikit pun. Kepalanya maju mundur mengisapi kemaluan gue hingga terlihat jelas betapa kempot pipinya. Gue berusaha mati- matian menahan ejakulasi gue agar gue bisa mengimbangi permainannya. Kadang gue meringis nikmat saat Susan mengeluarkan beberapa jurus pamungkasnya dalam menyepong. Gila bener... uenakya kagak ketulungan cing..!!Ada mungkin 15 menit Susan mengisapi batang kemaluan gue, lalu dia melepas mulutnya dari batang kamaluan gue dan merebahkan tubuhnya telentang diatas ranjang. Gue ngerti banget maksud ini cewek. Dia minta gantian gue yang aktif. Segera gue tindih tubuhnya dan mulai berciuman lagi untuk beberapa lamanya, dan gue mulai mengalihkan cumbuan ke buah dadanya lagi, kemudian gue turun lagi mencari sesuatu yang baru di daerah selangkangannya. Susan mengerti maksud gue. Dia segera membuka, mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar membiarkan gue membenamkan muka gue di sekitar bibir vaginanya. 
Kedua tangan gue lingkarkan di kedua pahanya dan membuka bibir vaginanya yang sudah memerah dan basah itu. Oh… buusset, rupanya sewaktu dia mandi sudah bersihkan dan disabuni dengan baik sehingga bau vaginanya harum. Ditambah menurut pengakuannya, bahwa dia tadi meminum ramuan pengharum vagina. Tanpa ba bi bu lagi, lidah gue julurkan untuk menjilati bibir vaginanya dan buah kelentit yang tegang menonjol.Gila mak, Susan menggelinjang hebat. Tubuhnya bergetar hebat. Desahannya mulai seru. Matanya terpejam merasakan geli dan nikmatnya tarian lidah gue di liang sanggamanya. Kadang pula Susan melenguh, merintih, bahkan berteriak kecil menikmati gelitik lidah gue. Terlebih ketika gue julurkan lidah gue lebih dalam masuk ke laing vaginanya sambil menggeser- geser ke kelentitnya. Dan bibir gue melumat bibir vaginanya seperti orang sedang berciuman. Vaginanya mulai berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya.."Ben.. ohh.. Ben.. udahh.. entot gue Ben..!!" Susan mulai memohon kepada gue untuk segera mengentotinya. Gue bangun dari daerah selangkangannya dan mulai mengatur posisi diatas tubuhnya dan menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan gue kedalam lorong vaginanya perlahan. 
Dan akhirnya gue genjot vagina Susan yang masih perawan itu secara perlahan dan jantan. Masih sempit, tapi remasan liangnya membuat gue tambah penasaran dan ketagihan.Akhirnya gue sampai pada posisi paling dalam, lalu perlahan gue tarik lagi. Pelan, dan lama kelamaan gue percepat gerakan tersebut. Kemudian posisi demi posisi gue coba bareng Susan.Gue sudah nggak sadar berada dimana. Yang gue tahu semuanya sangat indah. Rasanya gue seperti melayang terbang tinggi bersama Susan. Yang gue tahu, terakhir kali tubuh gue dan tubuh Susan mengejang hebat. Keringat membasahi tubuh gue dan tubuhnya. Nafas kami sudah saling memburu. Gue ngerasa ada sesuatu yang memuncrat banyak banget dari batang kemaluan gue sewaktu barang gue masih di dalam kehangatan liang sanggama Susan. Habis itu gue nggak tahu apa lagi.Sebelum gue tertidur gue sempet ngelihat jam. Alamak..! dua setengah jam… Waktu gue sadar besoknya, Susan masih tertidur pulas disamping gue, masih tanpa busana dengan tubuh masih seindah sebelum gue bersenggama dengannya. Sambil memandanginya, dalam hati gue, gue berkata, " Akhirnya gue bisa juga ngelampiasin nafsu yang gue pendam selama ini.Thank's banget " San..., kalo nggak ada lo, gue kagak tau deh kemana gue bawa nafsu gue ini..." Gue kecup keningnya, lalu gue segera berpakaian dan siap cabut dari rumah Susan setelah gue lihat jam di mejanya, mengingatkan gue bahwa sebentar lagi keluarganya bakal datang. Gue kagak mau konyol kepergok lagi bugil berduaan bareng dia. Apalagi masih ada noda darah perawan di sprei tempat tidurnya. Gue bangunin dia dan berkata bahwa lain kali sebaiknya kita main di villa gue, di Bogor, aja dengan alasan lebih aman dan bebas. TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes